Untuk mengetahui makna filosofi kopi dan gula yang pertama, Saya ilustrasikan sebagai berikut. Anda akan membuat kopi. Anda siapkan bahannya kopi bubuk, gula, air panas, cangkir dan sendok. Lalu Anda tuangkan kopi dan air serta gula ke dalam cangkir.
Jika kopinya terlalu pahit, siapa yang salah ? Pasti gula yang disalahkan, karena terlalu sedikit dicampurkan sehingga menjadi kopi pahit.
Kalau kopinya terlalu manis, siapa yang disalahkan? Gula lagi, karena terlalu banyak ngambil sehingga menjadi kopi manis.
Jika takaran kopi dan gula seimbang, siapa yang akan dipuji ? Tentu saja semua akan berkata kopi mantap.
Di mana posisi gula yang telah berkontribusi membuat rasa kopi menjadi mantap ? Marilah menjadi seperti gula yang bisa larut tanpa terlihat tetapi sangat berarti.
Gula pasir yang dicampurkan kepada kopi, hasilnya orang menyebut kopi manis, bukan kopi gula. Gula pasir yang dicampurkan kepada teh, hasilnya orang menyebut teh manis, bukan teh gula. Orang menyebut roti manis bukan roti gula.
Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu dimana gula sebagai bahan dasarnya tidak disebut. Namun gula tetap menjadi solusi dalam memberikan rasa manis. Tetapi ketika berhadapan dengan suatu penyakit, maka disebutlah penyakit gula alias diabetes.
Itulah hidup. Terkadang kebaikan seseorang tidak pernah kita lihat tapi kesalahannya akan dibesar-besarkan. Jadilah seperti gula. Tulus seperti gula, larut seperti gula, selalu tetap memberikan kebaikan walaupun tak pernah diumbar.
Ambil masing-masing sesendok kopi dan tuangkan ke dalam 2 cangkir, lalu tuangkan air panas dan aduk. Silahkan cicipi. Rasanya pasti pahit sekali. Dari 2 cangkir tadi, biarkan salah satunya (cangkir B).
Sekarang tambahkan sesendok gula pada cangkir A, bagaimana rasanya ? Masih pahit, namun tidak terlalu.
Sekarang tambahkan gula lagi, bagaimana rasanya ? Masih agak pahit namun sudah mulai terasa ada manisnya, dan rasanya lebih mantap.
Coba tambahkan lagi gulanya, bagaimana rasanya ? Pasti lebih manis dari yang tadi tetapi masih ada rasa kopinya.
Sekarang tambah lagi gulanya, gimana rasanya ? Sekarang malah manis sekali dan rasa kopinya sudah tak terasa.
Apa arti dari ilustrasi di atas ? Jika rasa pahit kopi ibarat kemiskinan hidup dan rasa manis gula ibarat kekayaan harta, lalu kenikmatan hidup itu seperti apa ? Kenikmatan hidup dapat kita rasakan, jika kita dapat merasakan hidup secukupnya, tidak melampaui batas.
Sekarang, masukkan setengah isi kopi cangkir A yang sudah manis tadi, ke dalam cangkir C. Begitu juga masukkan setengah isi cangkir B yang masih pahit, ke dalam cangkir C. Bagaimana hasilnya ? Pastilah akan menghasilkan perpaduan kopi yang sempurna dan mantap.
Apa artinya ? Jika engkau memiliki kelebihan harta, maka akan terasa nikmat bila engkau mau berbagi dengan orang-orang yang kekurangan.
Akhirnya, selamat ngopi dengan penuh syukur atas kenikmatan hari ini...☕. Demikianlah kata kata filosofi kopi dan gula yang penuh makna.
Jika kopinya terlalu pahit, siapa yang salah ? Pasti gula yang disalahkan, karena terlalu sedikit dicampurkan sehingga menjadi kopi pahit.
Kalau kopinya terlalu manis, siapa yang disalahkan? Gula lagi, karena terlalu banyak ngambil sehingga menjadi kopi manis.
Jika takaran kopi dan gula seimbang, siapa yang akan dipuji ? Tentu saja semua akan berkata kopi mantap.
Di mana posisi gula yang telah berkontribusi membuat rasa kopi menjadi mantap ? Marilah menjadi seperti gula yang bisa larut tanpa terlihat tetapi sangat berarti.
Gula pasir yang dicampurkan kepada kopi, hasilnya orang menyebut kopi manis, bukan kopi gula. Gula pasir yang dicampurkan kepada teh, hasilnya orang menyebut teh manis, bukan teh gula. Orang menyebut roti manis bukan roti gula.
Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu dimana gula sebagai bahan dasarnya tidak disebut. Namun gula tetap menjadi solusi dalam memberikan rasa manis. Tetapi ketika berhadapan dengan suatu penyakit, maka disebutlah penyakit gula alias diabetes.
Itulah hidup. Terkadang kebaikan seseorang tidak pernah kita lihat tapi kesalahannya akan dibesar-besarkan. Jadilah seperti gula. Tulus seperti gula, larut seperti gula, selalu tetap memberikan kebaikan walaupun tak pernah diumbar.
Filosofi kopi dan gula dalam kehidupan
Makna filosofi kopi dan gula yang ke dua, Saya ilustrasikan sebagai berikut. Siapkan bubuk kopi, gula pasir, 3 cangkir, sendok dan air panas.Ambil masing-masing sesendok kopi dan tuangkan ke dalam 2 cangkir, lalu tuangkan air panas dan aduk. Silahkan cicipi. Rasanya pasti pahit sekali. Dari 2 cangkir tadi, biarkan salah satunya (cangkir B).
Sekarang tambahkan sesendok gula pada cangkir A, bagaimana rasanya ? Masih pahit, namun tidak terlalu.
Sekarang tambahkan gula lagi, bagaimana rasanya ? Masih agak pahit namun sudah mulai terasa ada manisnya, dan rasanya lebih mantap.
Coba tambahkan lagi gulanya, bagaimana rasanya ? Pasti lebih manis dari yang tadi tetapi masih ada rasa kopinya.
Sekarang tambah lagi gulanya, gimana rasanya ? Sekarang malah manis sekali dan rasa kopinya sudah tak terasa.
Apa arti dari ilustrasi di atas ? Jika rasa pahit kopi ibarat kemiskinan hidup dan rasa manis gula ibarat kekayaan harta, lalu kenikmatan hidup itu seperti apa ? Kenikmatan hidup dapat kita rasakan, jika kita dapat merasakan hidup secukupnya, tidak melampaui batas.
Sekarang, masukkan setengah isi kopi cangkir A yang sudah manis tadi, ke dalam cangkir C. Begitu juga masukkan setengah isi cangkir B yang masih pahit, ke dalam cangkir C. Bagaimana hasilnya ? Pastilah akan menghasilkan perpaduan kopi yang sempurna dan mantap.
Apa artinya ? Jika engkau memiliki kelebihan harta, maka akan terasa nikmat bila engkau mau berbagi dengan orang-orang yang kekurangan.
Akhirnya, selamat ngopi dengan penuh syukur atas kenikmatan hari ini...☕. Demikianlah kata kata filosofi kopi dan gula yang penuh makna.